Sabtu, 01 Agustus 2009

Usaha Manusia Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidupnya oleh Maghfira Ramadhanti 7A

Nama : Maghfira Ramadhanti
Kelas : 7A

Usaha Manusia Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidupnya

I.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia adalah makhluk social yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan social. Sebagai makhluk sisoal (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agae dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.

II.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKONOMI
Adam Smith (1729-1790) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Ekonomi Dunia, dalam bukunya An Inquiry into The Nature and Causes of the Wealth of Nation (1776), menyatakan bahwa manusia adalah homo economicus. Artinya manusia adalah makhluk ekonomi yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang tealh diperolehnya dan senantiasa berusaha terus menerus memenuhi kebutuhannya. Manusia selalu berusaha mengejar kemakmuran untuk dirinya sendiri. Para individu akan saling bersaing mengejar kepentingannya masing-masing. Paparan yang dikemukakan oleh Adam Smith tersebut merupakan konsep dasar bahwa manusia adalah homo economicus. Dalam kamus ekonomi (Collin, 1999:178), manusia atau seseorang yang selalu bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Jika ia seorang produsen atau pengusaha yang mempunyai sifat manusia ekonomi, ia akan senantiasa berusaha untuk memaksimalkan keuntungan yang akan diperolehnya dengan cara menentukan harga jual dan jumlah produksi yang sesuai. Jika ia seoarang konsumen yang mempunyai sifat manusia ekonomi, ia akan senantiasa berusaha untuk memaksimalkan keguanaan dan kepuasannya dengna cara yang menentukan pembelian barangdan jasa menurut seleranya dengan harga yang murah

III.CONTOH-CONTOH CARA MANUSIA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHANNYA
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan usaha-usaha ekonomi/ pekerjaan. Berikut contoh-contohnya

A. Buruh
Buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara jasmani maupun rohani.
Pada dasarnya buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar:
• Buruh profesional - biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja
• Buruh kasar - biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja
Buruh pada dasarnya hanya menunjuk kepada tenaga kerja di bidang industri dan jasa. Di bidang pertanian, tenaga kerja tidak lazim disebut sebagai buruh.
Organisasi Buruh
• ILO - International Labour Organization
• SPSI - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
• SPN - Serikat Pekerja Nasional
• FSBI - Federasi Serikat Buruh Independen
• GASBIINDO - Gabungan Serikat-serikat Buruh Islam Indonesia
• KASBI - Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia
• FSPMI - Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia
B. Pemulung
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Biasanya para pemulung berasal dari keluarga tidak berkecukupan dan tidak memiliki pendidikan tinggi. Karena tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi kebutuhan hidup kelarga dan dirinya sendiri, profesi sebagai pemulung dipilih. Pekerjaan pemulung dianggap memiliki konotasi negatif. Seringkali orang-orang menganggap rendah pemulung. Padahal, pemulung sangat berjasa dalam memunguti sampah di sekitar. Jika tidak ada pemulung, kota kan semakin kotor, dan tidak akan ada seorangpun yang peduli. Benda yang kita anggap sampah sangat berarti bagi pemulung. Oleh karena itu, kita tidak boleh merendahkan profesi ini.
C. Pengemis di Jakarta
Berapa kali sehari Anda melihat pengemis di Jakarta? Dari pagi sampai malam mereka beroperasi. Di perempatan jalan, di sepanjang jalan yang macet, di atas angkutan umum, di seputar tempat ibadah. Nampaknya mengemis sekarang memang sudah dijadikan sebagai profesi. Contohnya adalah seorang ibu yang selalu duduk di bawah kolong jembatan Slipi ini. Di pagi hari dia bersama seorang bayi duduk di trotoar.

Dia sama sekali tidak menghiraukan asap yang keluar dari knalpot mobil dan motor. Jelaga itu pasti memenuhi hidung dan paru-parunya. Ya, begitulah. Dia rela duduk berjam-jam di situ. Sesekali dia menengadahkan tangannya, mengiba kepada para pengendara mobil dan motor untuk memberinya sedekah. Tapi, awas lho. Pemda DKI kemungkinan besar akan melarang orang untuk menjadi pengemis dan memberi uang kepada pengemis. Ancaman hukumannya tidak main-main. Pengemis dan warga yang memberi uang ke pengemis terancam denda Rp 100.000 sampai Rp 20 juta atau kurungan dua bulan.
Memang, berulang kali media massa melaporkan tentang adanya mafia pengemis. Mereka adalah orang-orang yang mengorganisir pengemis untuk beroperasi di jalanan. Mereka juga seringkali menyewakan bayi untuk diajak mengemis. Ini bukan barang baru. Orang-orang seperti inilah yang seharusnya diberantas.

Lalu, apakah kita sebaiknya tidak memberi kepada pengemis? Saya tidak tahu jawaban pastinya. Saya sendiri sangat selektif jika akan memberi kepada pengemis. Pengemis yang masih segar bugar tentu saja tidak akan saya beri. Mereka hanyalah pemalas saja. Pengemis yang membawa bayi juga tidak saya beri. Besar kemungkinanannya mereka juga bagian dari mafia pengemis Jakarta.
Sebenarnya akan lebih aman seandainya sedekah kita disalurkan kepada tetangga kanan kiri kita yang benar-benar kita kenal dan benar-benar membutuhkan. Kita pasti tahu siapa mereka dan kekurangan yang mereka butuhkan. Bisa juga sedekah disalurkan melalui tempat ibadah masing-masing. Bisa di masjid atau gereja.
Jika rancangan peraturan daerah itu benar-benar diberlakukan, artinya para pengemis itu bisa menuntut lapangan kerja ke Pemda DKI. Selama lapangan kerja tidak terpenuhi, selama itu pula pengemis ada di jalanan. Selama ada orang yang malas, selama itu pula ada pengemis di jalanan. Untuk membatasi jumlah mereka selektiflah dalam meberi sedekah. Dan, kepada pemerintah, sediakanlah lapangan kerja yang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar